Peran Strategis Satelit dalam Kemajuan Teknologi dan Komunikasi
Dahulu jika kita ingin berkomunikasi di tempat terpencil harus menggunakan kabel atau relay sinyal radio, seiring berjalannya waktu akhirnya hadirlah satelit. Satelit adalah benda di angkasa yang berputar pada orbitnya. Satelit sendiri terdiri dari 2 jenis, satelit alami dan satelit buatan, kedua satelit tersebut dapat mengorbit mengelilingi bumi karena adanya keseimbangan gaya gravitasi bumi dengan adanya Gaya Sentrifugal dari kecepatan lintasan orbit sesuai tujuan dan fungsi satelit.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tahun 2014-2021 yaitu Thomas Djamaluddin menyampaikan bahwa satelit pertama yang bernama Sputnik 1 diluncurkan ke luar angkasa oleh Uni Soviet pada 4 Oktober 1957 dan dilanjutkan dengan peluncuran satelit kedua bernama Sputnik 2 pada 3 November 1957 membawa awak makhluk hidup pertama ke dalam orbit yaitu seekor anjing bernama Laika.
Tak mau kalah, Amerika Serikat juga meluncurkan satelit pertama mereka yaitu Explorer I pada 31 Januari 1958. Amerika Serikat berambisi mengembangkan Pesawat Ulang Alik untuk mengirim astronotnya ke bulan. Uni Soviet dan Amerika Serikat terus mengembangkan pembuatan satelit-satelit yang lebih fleksibel untuk berbagai kebutuhan. Masing-masing kedua negara tersebut memiliki badan antariksanya yaitu NASA di Amerika Serikat dan Roscosmos di Rusia.
Inilah beberapa jenis satelit yang telah ada sesuai fungsinya
Penemuan Transistor memungkinkan pembuatan komponen satelit dalam dimensi kecil dan kompak, menjadikan satelit lebih ringan dan lebih murah untuk diluncurkan. Layanan akses internet melalui satelit semakin berkembang dengan munculnya teknologi High Throughput Satelit (HTS). Teknologi ini membagi area cakupan menjadi beberapa titik transmisi sinyal, sehingga dapat memberikan kapasitas broadband yang lebih besar dibandingkan satelit tradisional dengan alokasi spektrum yang sama. Oleh karena itu, penggunaan frekuensi menjadi lebih efisien.
Basis data satelit Union of Concerned Scientist (UCS) menunjukkan per 1 Januari 2022, terdapat 4.852 satelit yang mengorbit Bumi, 2.224 atau 46% di antaranya merupakan satelit komunikasi. Sisanya merupakan satelit yang digunakan untuk observasi Bumi, navigasi, dan berbagai keperluan lainnya.
Sejak ditemukannya satelit, penggunaan satelit komunikasi terus berkembang dan semakin masif. Dengan memanfaatkan teknologi satelit dengan baik, Indonesia dapat mengoptimalkan berbagai sektor untuk meningkatkan kualitas hidup dan perkembangan negara secara keseluruhan.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tahun 2014-2021 yaitu Thomas Djamaluddin menyampaikan bahwa satelit pertama yang bernama Sputnik 1 diluncurkan ke luar angkasa oleh Uni Soviet pada 4 Oktober 1957 dan dilanjutkan dengan peluncuran satelit kedua bernama Sputnik 2 pada 3 November 1957 membawa awak makhluk hidup pertama ke dalam orbit yaitu seekor anjing bernama Laika.
Tak mau kalah, Amerika Serikat juga meluncurkan satelit pertama mereka yaitu Explorer I pada 31 Januari 1958. Amerika Serikat berambisi mengembangkan Pesawat Ulang Alik untuk mengirim astronotnya ke bulan. Uni Soviet dan Amerika Serikat terus mengembangkan pembuatan satelit-satelit yang lebih fleksibel untuk berbagai kebutuhan. Masing-masing kedua negara tersebut memiliki badan antariksanya yaitu NASA di Amerika Serikat dan Roscosmos di Rusia.
Inilah beberapa jenis satelit yang telah ada sesuai fungsinya
- Satelit Komunikasi adalah satelit hasil pekerjaan yang dipasang di angkasa dengan tujuan telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro. Sebagian besar satelit komunikasi menggunakan orbit geosinkron atau geostasioner.
- Satelit Navigasi adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang ditransmisikan ke penerima di darat untuk menentukan lokasi suatu titik di permukaan bumi. Satelit navigasi yang sangat populer adalah GPS Amerika.
- Satelit Cuaca adalah satelit yang digunakan sebagai mengamati cuaca dan iklim Bumi
- Orbit Rendah (Low Earth Orbit, LEO): 300 - 1.500 KM di atas permukaan bumi.
- Orbit Menengah (Medium Earth Orbit, MEO): 1.500 - 36.000 KM
- Orbit Geostasioner (Geostationary Orbit, GEO): 36.000 KM di atas permukaan Bumi.
Penemuan Transistor memungkinkan pembuatan komponen satelit dalam dimensi kecil dan kompak, menjadikan satelit lebih ringan dan lebih murah untuk diluncurkan. Layanan akses internet melalui satelit semakin berkembang dengan munculnya teknologi High Throughput Satelit (HTS). Teknologi ini membagi area cakupan menjadi beberapa titik transmisi sinyal, sehingga dapat memberikan kapasitas broadband yang lebih besar dibandingkan satelit tradisional dengan alokasi spektrum yang sama. Oleh karena itu, penggunaan frekuensi menjadi lebih efisien.
Basis data satelit Union of Concerned Scientist (UCS) menunjukkan per 1 Januari 2022, terdapat 4.852 satelit yang mengorbit Bumi, 2.224 atau 46% di antaranya merupakan satelit komunikasi. Sisanya merupakan satelit yang digunakan untuk observasi Bumi, navigasi, dan berbagai keperluan lainnya.
Sejak ditemukannya satelit, penggunaan satelit komunikasi terus berkembang dan semakin masif. Dengan memanfaatkan teknologi satelit dengan baik, Indonesia dapat mengoptimalkan berbagai sektor untuk meningkatkan kualitas hidup dan perkembangan negara secara keseluruhan.